Diberdayakan oleh Blogger.
Foto saya
baca dan nikmati perjalanan kali ini.

Followers

Recent Posts

Download

Blogger Tricks

Blogger Themes

RSS

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

(masih) tentang hujan

diluar hujan.
dan kutantang guntur dengan teriak.

deras hujan berganti dengan rintik. bisa kulihat lewat jendela yang terbuka penuh disamping kananku. mereka seperti berlomba ingin turun dari langit. jatuh dari langit, hanya untuk menuju bumi. dan bergabung dengan sesamanya menuju sungai, selokan atau bahkan hanya menjadi genangan di suatu tempat. rintik hujan, bagiku merupakan kasta tertinggi dari pembagian kelas air yang kususun secara asal. ya, hujan tentu lebih indah dari air comberan, air bekas cucian, apalagi air hasil pembuangan manusia. barangkali karena air hujan, merupakan ibu dari segala air di muka bumi ini. ia jatuh dari kerajaan langit, dengan gerakan yang indah pula, dan selalu dijadikan tema menarik dari tulisan-tulisan penyair, ungkapan cinta pujangga, bahkan syair lagu para seniman.

tapi sisa guntur masih bergaung. kedengarannya seperti prajurit muda yang masih amatir. hanya menggertak. ditinggal para ksatria, yang telah lebih dulu menunaikan tugasnya, mengingatkan manusia bahwa ada hukum yang lebih kekal dan adil. aku menyebutnya Hukum Langit. tapi manusia, lambat laun belajar menjadi kuat. hingga sisa-sisa guntur ini tak menganggunya. harus para ksatria guntur yang mengingatkan. itupun kadang hanya ditanggapi dengan angin lalu.

dan awan masih kelabu. inilah saat-saat awan terlihat sangat buruk, seperti seonggok bubur. bayangkan saja bubur berwarna kelabu. perpaduan antara bubur yang sama sekali tak berbentuk, dan warna kelabu yang muram. ironis. tapi tunggulah beberapa saat, awan akan kembali memperlihatkan beraneka bentuk raganya. kuda yang sedang berlarian, payung, bunga, bayi, tanda panah. ahh, banyak sekali. tak bisa aku sebutkan semuanya. sering aku mencoba memindahkan bentuknya kedalam mata kamera, api tentu saja tidak seelok nyatanya. dan coba lihat, ketika menjelang  tenggelamnya sang bola emas, akan terlihat sepercik sinar-sinar yang menerobos awan sia-sia. banyak yang memuji sang bola emas karna elok sinarnya. tapi bayangkan sinar emas itu terpapar begitu saja. tak ada keindahan disana. maka berterimakasihlah pada sang awan. pada permainan petak umpet keduanya, yang menghiasi kanvas para manusia lukis.

kali ini, kilat tak muncul. entahlah, barangkali lelah merekam ekspresi manusia saat tiba hujan. barangkali tak jua muncul ekspresi yang ia harapkan. atau ia tak perlu lagi merekamnya, sebab telah lihai menebak manusia.

diluar tinggal rintik kecil.
dan kubiarkan pertunjukkan hujan kali ini membungkam mulutku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

komennya yah