Diberdayakan oleh Blogger.
Foto saya
baca dan nikmati perjalanan kali ini.

Followers

Recent Posts

Download

Blogger Tricks

Blogger Themes

RSS

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Purwokerto Banget Lah!

Purwokerto Banget Lah!

Ketika sedang mencuci pagi ini, perutku kelaparan. Otakku lantas menyusun daftar makanan yang enak dan mantap. Detik berikutnya otakku lantas menyortir daftar makanan yang enak dan mantap menjadi daftar makanan yang mampu kubeli dengan uangku yang pas-pasan. Lalu, tiba-tiba terpikir untuk menuliskannya saja dan membagikan daftar ini ke teman-teman. Kalau orang lain mendapat inspirasi di kamar mandi, maka aku seringkali mendapat inspirasi saat mencuci. Sayangnya, aku malas mencuci. Jadi ya, tetep aja minim inspirasi. Hehehe.

Berikut Daftar Makanan yang menurutku enak dan mantap. Daftar itu kuberi nama: Purwokerto Banget Lah! Kenapa? Karena cuma ada di Purwokerto, lah.

1. Mie Ayam Pramuka
Selintas, tempat makan ini terlihat tidak seperti tempat makan pada umumnya. Tempat makan ini menempati bekas gudang toko besi. Namanya juga gudang, maka tempat ini tidak mempunyai ‘muka’. Hanya ada pintu. Bahkan yang terpajang di bagian atas tempat ini adalah plang nama toko besi, bukannya nama tempat makan. Lalu, apa namanya? Tidak ada. Nama Mie Ayam Pramuka, kami (aku dan teman-teman yang sering mampir kesana) sematkan karena letaknya yang berada di ruas Jalan Pramuka. Lalu bagaimana mengenaliya? Mie Ayam ini terletak di dekat persinggungan antara Jl. Pramuka dengan Jl. DI Panjaitan. Cari saja tempat yang mirip gudang, dengan banyak motor yang terparkir, kadang juga ada mobil, dengan Bapak Tukang Parkir berbaju oranye.
Mie Ayam ini istimewa bagiku karena selain harganya yang mahasiswa banget (hanya Rp.5000/ porsi), kuahnya pun enak. Mienya kecil-kecil, khas mie bikinan sendiri. Pengunjung diberi pilihan untuk memilih mie kuah atau mie kering. Mie kuah itu pake kuah, Mie kering ya tanpa kuah. Untukku yang menyukai rasa pedas, kalau makan disini, aku selalu minta lada tambahan. Biasanya, turut pula disajikan sewadah lumpia. Sajian lumpia ini tidak aku temukan di Mie Ayam yang lain, tapi setelah dicoba, ternyata bisa menjadi paduan yang sip.
Hal lain yang menjadi daya tarik mie ayam ini adalah, meski tempatnya tidak istimewa, sempit dan panas, tapi tempat ini selalu terjaga kebersihannya. Pesan saya, jangan datang pada jam-jam istirahat kantor. Pada jam itu, selain panas menyengat, tempat ini menjadi sangat rame oleh para karyawan. Datanglah pada sore hari. Memang tidak lantas menjadi sepi, tapi ada ruang yang cukup luas untuk bernafas.


2. Ayam Goreng Tantene
Pertama kali aku mengenal tempat ini adalah sekitar enam tahun yang lalu. Saat itu, aku diajak kakak kelas untuk makan di tempat makan ini. Seingatku, jaman dulu, makan ke tempat ini merupakan suatu hal yang prestise. Apalagi dibayarin. Hahaha. Yang membuatku tertarik, waktu itu, bukan ayamnya, justru Es Telernya. Tentu saja selain konsep tempatnya, yang bagi pelajar SMA sepertiku terasa sangat oke punya. Namun kini, aku menggilai ayamnya. Berdasar pada ingatanku, hingga kini Tantene masih mampu menjaga rasa. Hal yang aku pikir, sulit untuk dilakukan, dan tidak banyak ditemukan pada tempat makan lain. Dulu, Tantene hanya menyediakan ayam goreng saja. Kini, Tantene juga menyediakan menu ayam bakar (yang menurutku, rasanya lebih yahud dibanding ayam gorengnya).
Hal lain yang juga mampu ‘dijaga’ oleh Tantene adalah nasi dan sambalnya yang khas. Bedanya, dulu sambal Tantene terkenal sangat pedaaas, kini tidak sepedas dulu. Nasinya pulen dan enak dimakan meski tanpa lauk.
Bila Tantene mampu ‘menjaga rasa’, sayangnya ia tidak mampu ‘menjaga’ hal lain yang tidak kalah pentingnya; pelayanan. To be honest, pelayan di rumah makan itu, judes-judes dan menyebalkan. Setiap kali aku kesana, setiap kali itu pula aku misuh-misuh karena mendapat pelayanan yang buruk. Seorang temanku pernah berujar dengan mimik muka sebal, “setiap kesini kalian selalu marah-marah, tapi tetep aja kesiniiiiii muluuu”. Hahaha, pernyataan dia adalah benar sekali adanya. Bagiku, Tantene akan menjadi sempurna bila dilengkapi dengan pelayanan yang memanusiakan manusia. Hehehe.
Seporsi makan dengan ayam –baik bakar atau goreng- dihargai Rp. 7500. Menu lain yang disediakan, ada tempe tahu goreng dan pecel khas Banyumas. Tempat makan ini memiliki dua cabang. Pusatnya terletak di daerah Karangsalam, dekat dengan Universitas Wijaya Kusuma. Cabang pertama ada di daerah Pabuaran, dekat dengan Universitas Jenderal Soedirman, sebelah utara Pom Bensin Pabuaran. Cabang kedua ada di daerah Dukuh Waluh, dekat dengan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dari ketiga tempat itu, hanya cabang kedua yang belum pernah kutaklukkan. Kedua tempat yang lain, dibangun dengan konsep yang sama; tempat makan dengan nuansa alam. Dipenuhi dengan tanaman, dan kolam ikan.


3. Rumah Makan Anglo
Bicara soal konsep, Anglo memiliki desain interior yang hampir sama dengan Rumah Makan Ayam Goreng Tantene. Menyatu dengan alam, dibuktikan dengan tempat makan yang berupa saung-saung, terpapar sinar matahari sebab saung-saung itu beratapkan langit. Elemen air juga mendapat porsi banyak; sebuah kolam dengan ikan yang banyak dan guede guede, aliran sungai kecil dan beberapa hiasan air mancur mini di bagian depan warung.
Namun, meski memiliki konsep yang serupa, menu makan di warung ini tidaklah sama. Ayam goreng dan ayam bakar adalah menu pasti. Bedanya, disajikan dengan bumbu yang berbeda, penuh sambal dan dilengkapi pecel atau gudeg. Perkara bumbu yang berbeda, aku berasumsi, bumbunya diracik menggunakan bumbu dapur yang beraneka. Terbaca dari rasanya yang mantaf. Menu lain yang patut dicoba adalah pepes ayam dan jamur. Sama, menu ini pun mengandalkan aroma dan rasa, bumbunya meresap masuk hingga belahan daging terdalam. Hehehe.
Soal harga, kalau minumnya hanya air putih, uang Rp 10.000 pun cukup untuk dibayarkan ke kasir. Hal yang mengganggu di warung ini, adalah ketiadaan menu di tiap-tiap meja. Jadi, begitu masuk, pengunjung akan menemui meja pemesanan sekaligus meja kasir. Nah, disitulah pengunjung akan memilih-milih menu sembari berdiri. Sangat tidak nyaman, bukan? Tapi ketidaknyamanan itu semoga terbayar dengan rasa mantaf di lidah.


3. Bakso Pekih
Entah sejak kapan warung bakso ini berdiri. Yang jelas, dari masa SMA –yang berarti lima tahun yang lalu- aku sudah menjumpai warung ini, meski jelas, bentuk fisiknya belum membesar seperti sekarang. Warung ini terletak di Jalan Pekih, sesuai dengan pilihan nama warung. Seingatku juga, dari jaman dahulu, Bakso Pekih sudah tenar, ketenaran yang bertahan hingga sekarang. Barangkali itu disebabkan karena rasa bakso yang memang enak. Ditambah lagi kuah kaldu yang juga mak nyus.
Yang membuat aku agak enggan ketika mau makan disana, semata-mata adalah karena harga. Hehehe. Sekarang, seingatku, harganya mencapai Rp. 7500 per mangkuknya. Nominal yang tinggi untuk anak kos kere sepertiku, ditambah itu ‘hanyalah’ bakso, yang tidak se-mengenyangkan seperti nasi.
Pelayanan yang cepat, rasa enak yang bisa bertahan dan juga kebersihan tempat, kupikir menjadi alasan banyak orang kemudian memutuskan untuk menjadi pelanggan setia Bakso Pekih ini.


4. Mie Ayam Kamandaka
Kalau teringat Mie Ayam Kamandaka, aku lantas membayangkan seporsi mie ayam dengan mie yang banyak dan taburan daging ayam yang menggunung. Wuih! Kesannya memang (sok) dramatis, tapi memang begitulah adanya. Mie ini disajikan dengan porsi banyak, dengan suwiran daging ayam yang melebihi porsi di mie ayam lainnya (yang biasanya cuma seuprit doang).
Dengan porsi besar seperti itu, harga Rp 6000 per mangkuk terasa wajar dan setara dengan apa yang kudapatkan. Kenyang dan enak. Seperti kebanyakan tempat warung Mie Ayam, warung ini pun terkesan ‘seadanya’ dan minimalis. Meja kayu yang di’sampul’i dengan spanduk bekas sebuah telepon seluler, bukannya dengan plastic polos atau motif biasa. Kursi kayu. Semuanya dalam kategori sederhana. Tapi mungkin, justru kesederhanaan itu yang bikin mienya jadi tambah enak kali ya.. Hahaha.
Oiya, pertukaran yang tidak setara dan tidak wajar, terjadi pada menu es teh dan es jeruk. Bayangkan, sodara sodara! Es tehnya Rp 2000, Es jeruknya Rp 2500. Kenapa aku bilang tidak wajar? Karena tidak ada beda dengan menu serupa yang berharga Rp 1000 – 1500 di warung-warung lain. Bagiku, harga mahal tidak menjadi masalah, asal ‘pantas’ dijual dengan harga segitu. Karena memang ‘ada’ yang dijual. Dan yang pasti, ada uang yang buat bayar. Hekekekee.


5. Nasi Rames Gg Cendana
Woh! Warung ini adalah favoritku saat sedang miskin-miskinnya. Seporsi nasi rames untuk perempuan (biasanya untuk perempuan, porsinya setengah, untuk laki-laki porsinya lebih besar dua kali lipat), tanpa gorengan hanya Rp 2000. Indahnya dunia, saat seperti ini masih ada nasi rames yang murah meriah begini. Kalau mau pake gorengan, yang paling sering tersedia adalah tempe goreng seribu tiga. Benar, beli Rp 1000 dapet tiga biji.
Tempatnya bersih, dan masakannya pun enak. T.O.P be ge te lah. Efek sampingnya hanya satu: kebosanan akut. Karena menunya sering serupa dan sama. Hihihi.


6. Tempe Penyet Pasir Kidul 2
Diantara warung-warung tenda penyetan di pinggir jalan, aku paling suka warung ini. Jelas, sambelnya enak. Harganya pun murah, Rp 3000 untuk seporsi tempe penyet. Yang lebih membahagiakan adalah, nasinya bisa ngambil sendiri. Jadi ya, saksakmu mau ngambil sabaraha. Hohoho. Warung ini terletak di emperan Jl. HR Bunyamin, depan Gg. Gunung Sumbing. Bukanya tiap malem, dan selalu ramai pengunjung.
Pengunjung yang bejibun memang menjadi berkah bagi penjual makanan, tapi terkadang menjadi musibah buat sesama pengunjung. Apalagi kalau bukan, mengantre lama sekali. Sekali waktu, aku rame-rame sama temen-temen makan disana, lamaaa banget datengnya makanan. Memang sih, waktu itu sekitar jam 7-an, lagi rame-ramenya. Waktu menunggu, kami lewatkan dengan becanda, mengobrol dan menggosip. Setelah kuhitung, ada sekitar dua jam-an kami menunggu pesanan makanan. Set dah! Tapi ya besoknya, balik kesitu lagi. Hahahaa.
Oiya, di warung ini ada yang special. Ada semacam kuah yang bisa disiramkan ke makanan pengunjung. Entah apa namanya, dan apa bahannya, tapi yang pasti enak dan cocok disiram ke nasi penyetan.


7. Nasi Goreng Satria
Masih berkisar seputar alasan harga, warung yang satu ini pun menjadi favoritku karena murah. Hehe. Bila anda ngebet makan nasi goreng tapi cuma punya uang Rp 5000, maka datanglah ke Gg. Gunung Sumbing dan cari Warung Makan Satria yang ada di pinggir jalan. Anda bisa menikmati nasi goreng, bahkan uang anda masih kembali sekitar Rp 1000. Dahsyat kan?! Hwehe..
Yap, nasi goreng di warung ini harganya Rp 3500 per porsi. Porsinya banyak kok, aku aja kenyang. Itu yang pake telor. Kalo tanpa telor, harganya malah Rp 3000. Tanpa suwiran daging, itu menjadi jawaban kenapa di warung ini harganya bisa sampai jongkok. Disaat di warung-warung lain, harga nasi goreng mencapai Rp 7000 per bungkusnya.
Selain nasi goreng, Satria juga menyediakan mie rebus/goreng, dan menu lain yang tidak begitu mencolok. Tempatnya bersih, jika makan ditempat, ada fasilitas televise yang bisa digunakan.
Yang khas dari tempat ini adalah, bawang gorengnya yang kriyuk banget. Entah bagaimana cara nggorengnya, bawang gorengnya bisa berbentuk bulat atau setengah lingkaran –bukannya gepeng-, sangat kering dan warnanya selalu konsisten: kuning gading. Kadang aku pengen beli bawang gorengnya aja. Bwahahaa.



daftar makanan diatas, salah satu yang bisa bikin aku kangen Purwokerto.
jadi, selamat datang di Purwokerto ^^

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

8 komentar:

Menjadiariframadha mengatakan...

wah....baru tau neh ada mie ayam enak d jln pramuka..
kebetulan kos qu dkt..

haniemaria mengatakan...

yooy, cari aja. enaak tuh. hehehe.

haniemaria mengatakan...

daftar makanan diatas, salah satu yang bisa bikin aku selalu kangen Purwokerto ^^

Hilmy Nugraha mengatakan...

mie ayam sumampir han!

Rizky mengatakan...

mie ayam jalan pramuka, kalo kesana mesti dah tutup

haniemaria mengatakan...

@ Hilmy: hehee, itu masuk daftarmu aja yaa.. abis, rasanya biasa aja ;)

@ Rizky: kalo malem, yo emang dah tutup, kiy..
hihihii..

afi mengatakan...

setelah menyusuri jl. pramuka dari ujung timur sampai ujung barat, akhirnya menemukan mie ayam pramuka yg -- katanya -- enak.
Tapi menurutku, biasa saja dan tak doyan. mie-nya kecil-kecil (kurang suka), rasanya juga biasa aja. MAsih nendang mie ayam kumis, mie ayam RAJA Rawalo, dan mie ayam telkom.
hehehe, selera kan boleh beda ya.

haniemaria mengatakan...

halo, Afi!
terimakasih yaa sudah mampir..

yup, selera emang beada-beda.
kataku malah menu yang kamu rekomendasikan, biasa-biasa aja. hhaha..

yasudah, kapan-kapan kamu share kuliner juga ajaa ;D

Posting Komentar

komennya yah